Sumenep, disinfecting2u.com – Pemuda Madura menyambut damai Pilkada Serentak 2024 dalam seminar nasional bertajuk “Politik Keadaban: Upaya Generasi Muda Mewujudkan Kohesi Sosial untuk Berpartisipasi Jujur dalam Pilkada 2024.”
Acara digelar sebagai dialog interaktif yang bekerjasama dengan MPR Madura Raya.
Pembicara yang hadir dalam acara tersebut antara lain Komisioner Bawaslu Sumenep Hosnan Hermawan, Kapolres Sumenep, Ketua Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Sumenep Rusydiyono, yang diwakili Kepala Intelkam Polres Sumenep Amirul Mukminin.
Ketua Front Pemuda Madura (FPM) Muchlas Samorano mengatakan Kesbangpol Jatim melihat Madura berpotensi menjadi titik rawan.
Empat kabupaten di Madura selalu tampil sebagai pemenang wilayah paling spektakuler.
“Yang sah bukan politik kesenangan, tapi politik ketakutan: kekerasan, provokasi, provokasi, balas dendam. Tentu saja praktik politik seperti ini perlu diberantas. Pernyataan Mulas pada Selasa, 26 November 2024: “Ini adalah sesuatu yang diharapkan. Tugas tersebut tentunya tidak hanya dapat dipenuhi oleh pihak penyelenggara, namun juga masyarakat pada umumnya, khususnya generasi muda. “
“Masalahnya adalah stereotip kekerasan terhadap masyarakat Madura perlahan tapi pasti terinternalisasi ke dalam perdebatan politik. Akibatnya, praktik politik masyarakat Madura masih belum bisa menghilangkan pendekatan ‘singkat’ yang mengandalkan tendon dan warisan. Situasi politik, lanjutnya.
Mulas juga menilai rivalitas antara kontestan dan suporter terkesan sengit sehingga serangan politik terhadap satu sama lain terlihat jelas saat kampanye.
“Perjuangan pemilu di Madura khususnya tidak hanya memicu polarisasi ekstrem di tingkat elite, tapi juga menjalar ke akar rumput bahkan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama,” jelasnya. Bibit fragmentasi dan fragmentasi akibat perbedaan preferensi politik. “
“Oleh karena itu, generasi muda perlu peka secara politik untuk berpartisipasi aktif dan terlibat dalam upaya mengatasi praktik politik yang memecah belah. Cara untuk mencapai hal ini adalah dengan memperkuat pendidikan dan literasi politik siswa, termasuk melalui propaganda politik yang sopan secara online dan melalui organisasi pemuda. “
Selain itu, alasan FPM menyelenggarakan acara ilmiah untuk menolak polarisasi politik pada Pilkada serentak di Madura 2024 adalah banyaknya pemilih emosional yang percaya pada identitas dan politik etnis.
“FPM bertanggung jawab untuk mengutamakan persaudaraan dan kerukunan antar warga dibandingkan praktik politik yang sering memecah belah kita,” ujarnya. “Kerusuhan politik seperti ini seharusnya diperkirakan terjadi sebelum dan sesudah pemilu daerah.”
Ratusan peserta dari dalam dan luar kampus Madura menghadiri acara seminar nasional ini.
Usai sesi dialog, acara dilanjutkan dengan pembacaan manifesto pemilu damai yang memuat empat poin komitmen.
Deklarasi dipimpin oleh Ketua FPM dan ditandatangani oleh seluruh peserta dan pemangku kepentingan (lkf).