Jember, disinfecting2u.com – Debat publik Pilkada Jember 2024 digelar di ballroom Hotel Sempaka antara dua calon nomor urut 1 dan nomor urut 2. Diskusi ini sangat produktif mengenai tema-tema korupsi, kolusi dan nepotisme. Handy sempat bertanya kepada Gus Favitt. Pengajuan dakwaan korupsi di Dana Bantuan Sosial (BANSOS) yang saat ini tengah diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jawa Timur. Handi mempertanyakan keterlibatan Gus Favit yang menjabat sepuluh tahun anggota DPRD Jatim.
Komisi Pemberantasan Korupsi tengah mendalami dugaan korupsi dana bansos di DPRD Jatim. Beberapa anggota DPRD Jatim sudah ditetapkan sebagai tersangka. Apakah kamu menjadi tersangka seperti rekan-rekanmu?”
Menanggapi pertanyaan tersebut, Gus Favit menegaskan, prosedur hukum sepenuhnya diserahkan kepada aparat penegak hukum. Dia menekankan komitmennya untuk menutupi atau melindungi penjahat.
Favit dalam kesempatan itu melontarkan kritik terhadap kepemimpinan India atas kasus korupsi di birokrasi Jember, khususnya yang melibatkan Sekretaris Daerah (Secda) Jember di bawah pemerintahan India.
Menurut Fauit, kasus tersebut menjadi sejarah karena baru pertama kali di Jambar ada menteri daerah yang aktif terjerat kasus korupsi dan masuk bui.
“Saat saya memimpin, saya pastikan tidak akan memasukkan anak buah saya ke dalam penjara seperti yang terjadi kemarin. Sepanjang sejarah Jambar, tidak ada satu pun sekda aktif yang dipenjara karena korupsi sejak dulu hingga saat ini.” Gus Favit menegaskan, menurut saya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak mengorbankan bawahannya.
Lanjutnya, sebagai seorang pemimpin, ia mempunyai tanggung jawab moral untuk melindungi bawahannya dan tidak membiarkan terjadinya perbuatan jahat. Menurut dia, belakangan ini pihak berwenang telah menginterogasi beberapa kepala dinas di Jember atas dugaan korupsi dan hal ini menunjukkan adanya reformasi birokrasi.
Perlu kita ketahui bahwa Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) kita masih rendah. “Dari 38 kabupaten/kota di Jatim, kita berada di peringkat 35. Berapa banyak lagi birokrasi yang akan kita hukum?”
Tak hanya itu, Favit juga melontarkan sindiran soal korupsi proyek kereta api yang menarik perhatian rekan-rekan politik di parlemen. Saat ini, Kejaksaan Agung tengah mengusut dugaan korupsi proyek kereta api tersebut.
“Saya yakinkan Anda, jika kami memimpin, kami akan melakukan intervensi dalam masalah perkeretaapian. Nama saya jelas, berbeda, dan bersih.” Favit sampai pada kesimpulan ini.
Namun, saat pembawa acara memberi kesempatan kepada Hindi untuk membalas tanggapan Favitt. Handy terdiam beberapa saat (tidak berbicara) hingga pembawa acara meminta Handy menanggapi langsung jawaban Favitt. Saat itulah Handy angkat bicara.
“Sebenarnya saya ingin membantu bapak-bapak bansos. Saya ingin bapak-bapak tunjukkan aspek-aspek bansos agar bisa urus bersama wartawan dan LSM, saya bisa bantu masyarakat tahu di mana mereka berada,” kata Handi.
Pada debat publik kedua ini, moderator kerap berusaha menenangkan pasangan pendukung kedua kandidat yang ada di lokasi. (sss/ayam)