Kabinet Gemuk Prabowo-Gibran Dikritisi Pemerhati Hukum sebagai Pemborosan Keuangan Negara

Surabaya, disinfecting2u.com – Pengadilan bersih pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menuai kritik dari beberapa pihak. Termasuk para pengamat hukum di Surabaya yang mempertanyakan kinerja Menteri Perminyakan. Faktanya, kabinet Prabowo-Gibran dianggap sebagai cara berbagi kekuasaan dan bisa menghancurkan Pemerintahan Surabaya, Sahlan Azwar menuding Menteri Perminyakan Prabowo-Gibran jauh dari prinsip demokrasi. Menurutnya, penting adanya check and balances atau pengawasan dalam demokrasi. Jika seluruh kekuasaan politik ada di pemerintahan, maka tidak ada seorangpun yang mempunyai kekuasaan.

Sahlan Azwar menekankan pentingnya adanya check and balances atau pengawasan dalam demokrasi.

“Jika seluruh kekuasaan politik diambil alih oleh pemerintah, siapa yang akan mengendalikannya?” kata Sahlan.

Menurutnya, hal tersebut melanggar prinsip dasar demokrasi dan mengingatkan konsep monarki yang kekuasaannya terpusat tanpa mekanisme yang jelas.

Dia juga mengatakan pemilu menghabiskan biaya miliaran dolar jika kedua partai bisa berada di pemerintahan. Menurut Pak Sahlan, kalau semua orang mau, tidak ada alasan untuk mengadakan pemilu. Lobi politik dianggap paling efektif jika hasilnya sama, yaitu semua pihak sepakat untuk memerintah.

Sahlan mengungkapkan keprihatinannya atas perpecahan di kalangan elite politik. Menurutnya, kompromi ini kerap mengedepankan kepentingan elite dibandingkan kesejahteraan rakyat.

“Mereka tidak menipu rakyat, tapi karena kekuasaan. Mereka mendapat perlengkapan, uang, dan kenyamanan dari pemerintah. Ini bisa mengabaikan kebutuhan rakyat,” imbuhnya.

Kekhawatiran ini muncul dari kenyataan bahwa pembagian kekuasaan tampaknya lebih ditujukan untuk menjaga stabilitas persatuan politik dibandingkan menciptakan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan publik.

Dalam kritiknya, Sahlan menyebutkan lebih dari 50 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) digunakan untuk menggaji pegawai pemerintah, termasuk menteri dan menteri. Dengan tambahan perdana menteri, beban anggaran pemerintah bertambah.

“Bagaimana pemerintah bisa menjalankan program kesejahteraan sosial jika menghabiskan banyak uang untuk membayar pejabat?” katanya.

Tak hanya itu, ia juga menekankan relasi kekuasaan antar kementerian di kabinet ini. Salah satu contohnya adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan yang menurutnya memiliki fungsi yang sama. Hal ini dikhawatirkan akan mengurangi efektivitas kerja pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat.

Pria Minang ini menegaskan, demokrasi membutuhkan oposisi yang kuat. Jika seluruh kekuasaan politik ada di pemerintahan, siapa yang bisa mendikte keinginan rakyat dan mengatur kebijakan-kebijakan yang menyimpang?

“Pemerintah harus melakukan kerja rakyat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, bukan sekedar mendapatkan kekuasaan,” tegasnya.

Sahlan menekankan pentingnya memiliki oposisi yang tepat untuk menjaga demokrasi di Indonesia. Tanpa kritik, Sahlan khawatir kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah tidak akan terbongkar dan justru merugikan masyarakat. (gereja/paroki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top