Jakarta, disinfecting2u.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menjelaskan pihaknya kini siap melakukan konsolidasi data dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing produk UMKM di sektor farmasi dan makanan.
“Kalau bagi kita yang jadi permasalahan adalah datanya karena kita semua tidak membuka datanya. Saya sangat terbuka untuk bekerja sama mengkonsolidasikan data ini,” kata Erick, Selasa (26/11/2024) di Jakarta. Erick menjawab lewat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, mengatakan diperlukan data yang valid untuk mendorong pengembangan UKM yang lebih tepat sasaran dan terintegrasi.
Menteri BUMN mengakui pentingnya kerja sama antarlembaga untuk mengatasi kendala data yang menghambat pelaku UMKM menemukan solusi yang tepat.
Padahal Pak Presiden (Prabowo Subianto), sekarang saatnya optimis. Kita sedang membangun ekonomi baru, perekonomian yang lebih mandiri, tegas Erick.
Erick tak hanya menyoroti peran strategis UKM yang mencakup 61 juta unit usaha di Indonesia, yang 92 persennya mendapat pembiayaan dari bank-bank pelat merah.
Selain itu, UKM merupakan pendorong utama penciptaan lapangan kerja dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Erick juga menekankan pentingnya memberikan solusi komprehensif untuk mendukung keberlanjutan UKM, terutama terkait dengan tantangan digitalisasi dan dinamika perekonomian saat ini.
“Peningkatan lapangan pekerjaan yang dinamis saat ini sebesar 89 persen tergerus oleh digitalisasi. Ini juga solusi bagi UKM. Maksudnya apa? Kita harus memberikan solusi yang baik untuk semua,” kata Erick.
Taruna Ikrar, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (kanan) pada konferensi pers usai penandatanganan Nota Kesepahaman antara BPOM dan Kementerian BUMN yang materinya adalah “Koordinasi untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing produk UMKM bidang farmasi dan pangan” di Jakarta, Selasa (26/11/2024). ANTARA/Harianto
Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengatakan pihaknya telah mendapat instruksi dari Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan daya saing UKM di sektor farmasi dan makanan.
BPOM mencatat, berdasarkan data Kementerian UKM, terdapat sekitar 4,3 juta usaha kecil makanan dan farmasi yang terdaftar, sedangkan jumlah yang terdaftar di BPOM baru mencapai 60.000.
Bahkan, Taruna menekankan pentingnya validasi data UMKM yang bekerja sama dengan Kementerian BUMN, karena data perbankan menunjukkan ada sekitar 18 juta UMKM potensial yang perlu didukung.
“Jadi kita diinstruksikan Presiden untuk memperhatikan UKM. Kemudian statistik nasional menunjukkan ada 61 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia,” ujarnya.
BPOM berkomitmen meningkatkan registrasi UMKM melalui pembinaan, komunikasi, dan edukasi terpadu, dengan target peningkatan registrasi signifikan sebesar 100 persen menjadi 120.000 UMKM pada tahun depan.
Menurutnya, dengan dukungan data Kementerian BUMN yang lebih valid, BPOM berkomitmen membantu masyarakat untuk meningkatkan registrasi UMKM dengan memanfaatkan program komunikasi, informasi, edukasi, dan pembinaan sumber daya APBN.
Tujuan BPOM adalah meningkatkan jumlah UKM yang terdaftar hingga 100 persen pada tahun depan melalui langkah pengembangan berkelanjutan yang terintegrasi dengan data yang ada.
“Tahun depan kita bisa lapor ke Presiden bahwa pendaftaran di Badan Pengawas Obat dan Makanan meningkat dari 60.000 menjadi 120.000, artinya meningkat 100 persen. Ini angka yang sangat bagus,” kata Taruna. (semut/nsp)