JAKARTA, disinfecting2u.com – Presiden Prabowo Subianto menyadari betul bahwa pendidikan tinggi di Indonesia perlu lebih dipromosikan agar mampu bersaing secara global dan mendukung pelaksanaan program pemerintah.
Sejak awal pemerintahannya, Prabowo telah menegaskan komitmennya untuk mengubah wajah pendidikan Indonesia menuju masa depan yang lebih sejahtera.
“Buatlah hidup kita cerah, pendidikan bagi kita sangat penting,” kata Presiden Prabowo dalam rapat tingkat menteri pada 23 Oktober 2024. “Pendidikan kita.”
Salah satu upaya Prabowo untuk memajukan pendidikan tinggi adalah melalui kerja sama dengan negara-negara maju. Presiden Prabowo baru-baru ini bertemu dengan Presiden Tiongkok Li Qiang di Balai Besar Rakyat di Beijing.
Selain Li Qiang, Prabowo juga bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Zhao Leji. Presiden Prabowo berharap bisa belajar dari Tiongkok, khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan kerja sama di bidang pendidikan.
“Dalam bidang pendidikan, saya kira kita juga ingin menjalin kerja sama dengan Tiongkok dalam bidang pendidikan. Kita ingin lebih banyak lagi mengirimkan siswa kita untuk belajar di universitas-universitas terkemuka di Tiongkok, dan kita juga ingin universitas-universitas Tiongkok ada di Indonesia, Presiden Prabowo berbicara pada pertemuan bersama dengan Perdana Menteri Li Qiang di Aula Besar Rakyat Beijing pada Sabtu (9/11/2024).
Menurut Presiden Prabowo, sejumlah cabang di Indonesia telah membuka babak menuju kerja sama dengan cabang luar negeri, termasuk dari Tiongkok.
LPDP akan kembali
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendiktisaintek) kini tengah menata ulang beasiswa yang ada dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Di tengah ketegangan mengenai wajib pulangnya mahasiswa LPDP, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengundang McKinsey Indonesia untuk membahas reformasi pemerintahan LPDP.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya reformasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah.
Tulis Sri Mulyani di akun Instagramnya, Selasa (10/12/2024), “Kami membahas reformasi pemerintahan dari @lpdp.ri, sebuah lembaga penting yang memajukan pendidikan dan penelitian Indonesia.”
Ia menegaskan, LPDP, lembaga yang menyelenggarakan subsidi pendidikan, merupakan wadah aspirasi masyarakat sehingga pemerintah harus terus berbenah.
“Dan saya berharap dari diskusi hari ini dengan tim McKinsey kita dapat memperoleh wawasan bagaimana mengembangkan LPDP agar dapat terus bertumpu pada pembentukan pemimpin yang berkualitas bagi Indonesia di masa depan,” ujarnya.
Sri Mulyani berharap reformasi ini dapat membantu Indonesia mencapai visi Indonesia Emas 2045 menuju cita-cita negara adil, makmur, dan sejahtera.
Seperti diketahui, Menteri Pendidikan Tinggi dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro menjelaskan alasan pemerintah mengizinkan penerima LPDP tetap bekerja di luar negeri. Pemerintah menyadari bahwa Indonesia tidak bisa menjamin lapangan kerja bagi seluruh mahasiswa LPDP.
Sebagai imbalannya, penerima beasiswa LPDP juga dapat berkontribusi untuk Indonesia dengan bekerja di luar negeri.
Proses reformasi di pendidikan tinggi
Atas instruksi Presiden Prabowo Subianto, Prof. Satryo Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendikti Saintek) menguraikan rencana reformasi besar-besaran di bidang pendidikan tinggi.
Saat diwawancarai Rosi di TV Kompas, Kamis (7/11/2024), Satryo mengatakan perguruan tinggi harus fokus memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dan industri tanah air, bukan sekadar mengejar posisi internasional.
Mantan Dirjen Universitas ini menilai kebijakan yang ada terlalu menekankan pada perbaikan kondisi global, padahal ada kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Selama ini banyak peraturan kementerian yang mengharuskan perguruan tinggi berbenah dalam mencapai standar internasional,” ujarnya. Satriyo.
“Sebenarnya ini yang membuat sekolah kita fokus, tapi melupakan masyarakat,” imbuhnya.
Temuan Menteri Sains dan Teknologi ini bertujuan untuk mendorong departemen mengembangkan kegiatan implementasi yang mendukung sektor-sektor seperti industri pangan, energi, dan air.
“Kalau memang sektornya bermanfaat, kenapa tidak dibuatkan perusahaan Indonesia? Saat ini industri teknologi kita luar biasa, mengapa tidak membangun perusahaan Indonesia? Kita bisa melakukannya. “Misalnya kita bisa membuat api,” ujarnya.
Profesor Satryo juga menyebutkan perlunya mengubah cara kita mengukur hasil universitas agar tidak hanya fokus pada publikasi internasional. Ia menilai penelitian yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat seringkali tidak diapresiasi oleh evaluator internasional seperti Scopus.
Selain itu, Prof. Satryo berencana meningkatkan Key Performance Indicator (KPI) bagi sivitas akademika yang selama ini berbisnis di kampus dan menaikkan biaya kuliah. KPI yang mewajibkan perguruan tinggi menerima pendapatan sendiri mendorong departemen menaikkan biaya kuliah agar bisa diakreditasi Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT).
“Nah, apa cara termudah untuk menghasilkan uang? Maaf, biaya kuliah meningkat. “Itulah yang diteriakkan para pelajar hingga saat ini.
Profesor Satryo memutuskan untuk mengubah proses dan KPI agar para profesor dapat bekerja dengan nyaman tanpa banyak kepentingan komersial. “Semua KPI sudah kita ubah agar para profesor bisa bekerja dengan nyaman dan tenang. Tidak masalah mau masuk pertanian atau fisika. Dua-duanya bagus. Dijelaskannya: “Kalaupun itu tempatnya. , penting adanya pengabdian nasional kepada masyarakat.
Melalui kebijakan tersebut, Profesor Satryo berharap perguruan tinggi di Indonesia lebih berorientasi pada inovasi praktis dan dapat membangkitkan industri tanah air. “Tidak hanya itu, kita perlu menciptakan perusahaan yang baik, awal yang kuat,” tegasnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Stella Christie mengatakan pengurangan tersebut tidak mungkin terjadi tanpa inovasi dan teknologi.
Oleh karena itu, Stella menegaskan kementeriannya akan fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan mengeluarkan inovasi-inovasi baru seiring dengan kepemimpinan Presiden Prabowo.
Stella mengatakan di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin 21 Oktober 2024, “Masa depan tidak akan terjadi tanpa inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu sangat penting yang harus kita dorong.”. (rpi)