Jakarta, disinfecting2u.com – Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Anindya Bakri mengatakan perdagangan, investasi berkelanjutan, dan teknologi hijau penting dalam perjanjian kemitraan strategis baru Indonesia-Inggris yang akan dilaksanakan tahun depan.
Di bidang investasi, Anindya menekankan pentingnya mendorong investasi asing langsung (FDI) yang dapat menciptakan lapangan kerja. “Khususnya di sektor-sektor yang menciptakan peluang ekonomi, kita juga perlu mempersiapkan tenaga kerja untuk lingkup pekerjaan energi hijau dan digitalisasi,” kata Anindia.
Hal itu disampaikan Anindya saat memberikan pidato pada Indonesia Investment Forum (IIF) 2024 di Raffles Hotel, The OWO, 57 Whitehall, London SW1A 2BX, Inggris pada Jumat pagi, 22 November waktu setempat.
Memanfaatkan letak Indonesia yang strategis dan peningkatan daya saing global, penting untuk meningkatkan investasi yang berorientasi ekspor dan energi ramah lingkungan, terutama melalui penanaman modal asing, tambah Anindya.
“Pengalaman Inggris akan melengkapi pasar Indonesia yang dinamis dan tentunya (semoga) mendukung target pertumbuhan 8%, dan dengan adanya Peta Jalan Kemitraan Indonesia-Inggris 2022-2024 akan memungkinkan kedua negara untuk “Kami tidak hanya membangun ekonomi yang lebih kuat, tetapi juga bekerja sama untuk mengatasi tantangan global,” kata Anindya.
Dalam penjelasannya, Anindya mengatakan Indonesia juga fokus mengembangkan proyek energi terbarukan dan daur ulang industri.
“Indonesia telah memberikan komitmen yang kuat antara lain dengan memperkenalkan 100 GW energi baru dalam 5 tahun ke depan, dimana 75 persennya akan berasal dari sumber energi terbarukan,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga sedang membangun jaringan listrik sepanjang 70.000 km yang menghubungkan pulau-pulau utama di seluruh tanah air. Terdapat juga rencana reboisasi besar-besaran untuk memulihkan 12 juta hektar lahan terdegradasi di seluruh Indonesia.
“Pada akhirnya, kami berencana untuk menciptakan pasar karbon bersertifikat di Indonesia untuk memobilisasi aliran dana dari global utara ke global selatan,” kata Anindya.
Acara “Lanskap Investasi Indonesia: Apa Selanjutnya?” bernama. Dibuka oleh Desra Were, Duta Besar Indonesia untuk Inggris. Turut hadir sebagai pembicara adalah Sir Tony Blair, Ketua Eksekutif Tony Blair Institute for Global Change, dan Roseanne P. Ruslani, Menteri Investasi dan Daur Ulang/Ketua BKPM.
Sekitar 180 orang menghadiri acara tersebut, sebagian besar dari Inggris. Tentu kita berbicara tentang potensi kita di bidang sumber energi terbarukan, potensi kita di bidang pengolahan energi ramah lingkungan. “Kami ingin mereka tahu bahwa ini adalah program besar kami,” kata Rozan yang juga Ketua Dewan Kehormatan Kadin Indonesia.
Rosan menambahkan, IIF dan forum serupa lainnya sangat krusial dan esensial bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
“Perlu kerja sama dan sinergi dengan berbagai pihak seperti pihak asing dan penanaman modal asing. “Tentunya selain investasi, untuk mencapai angka 8 persen itu berasal dari konsumsi dalam negeri, belanja pemerintah, dan ekspor,” jelas Rozan.
Rozan menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk mendengar masukan dari perusahaan-perusahaan Inggris mengenai apa yang harus mereka investasikan di Indonesia.
“Setidaknya kami bisa menjelaskan kemungkinan-kemungkinan, tujuan dan cara mencapainya. Di sisi lain, kita juga perlu mengetahui teknologi apa saja yang dihasilkan dan bagaimana pengaruhnya terhadap sumber daya manusia. “Jadi win-win solution,” jelas Rozan. (nsp)