Demi Timnas Indonesia, Cristian Gonzales Blak-blakan Sampai Harus Lalui Hal Pahit ini, Ternyata Dia Sempat Tak Bisa…

disinfecting2u.com – Cristian Gonzales menjadi salah satu pemain naturalisasi yang memberikan kontribusi besar bagi timnas Indonesia.

Perjuangannya menjadi warga negara Indonesia (WNI) tidaklah mudah dan penuh pengorbanan.

Bagi Gonzales, keputusan ini bukan sekadar perubahan status kewarganegaraan, melainkan pergulatan emosional dan kesetiaan terhadap Indonesia.

Eva Siregar bercerita betapa sulitnya proses naturalisasi suaminya.

Selama masa itu, Gonzales harus melalui banyak tantangan administratif, terutama karena persyaratan naturalisasi jauh lebih ketat dibandingkan sekarang.

Eva mengatakan, dirinya dan Gonzales akan berusaha keras mendapatkan tanda tangan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar prosesnya lancar.

“Proses naturalisasinya super duper sulit, tidak seperti sekarang. Saya turun tangan pribadi dibantu pengacara Persib Bandung untuk meminta tanda tangan presiden,” kata Eva Siregar.

Selain Presiden SBY, beberapa pihak lain turut membantu proses naturalisasi Gonzales.

Eva menyebut nama kuasa hukum Persib Bandung, Dewi, serta beberapa perwakilan PSSI yang berperan aktif, termasuk Iman Arif, Deputi Bidang Teknis Badan Tim Nasional (BTN) saat itu. Berkat kerja sama berbagai pihak, Cristian Gonzales akhirnya resmi menjadi WNI pada 3 November 2010, Saat itu ia masih berseragam Persib Bandung.

Namun, proses naturalisasi tidak hanya sulit dari segi administratif, tetapi juga memberikan dampak emosional yang mendalam bagi Gonzales.

Untuk memenuhi salah satu syarat tersebut, Gonzales harus tinggal di Indonesia selama lima tahun berturut-turut tanpa kembali ke Uruguay.

Persyaratan tersebut menjadi tantangan besar, karena saat itu keluarganya di Uruguay banyak mengalami musibah, termasuk sakitnya dan kematian ayahnya.

Eva mengungkapkan, Gonzales tetap tegar meski merasakan kesedihan yang mendalam di hatinya karena tak bisa mendampingi sang ayah di saat-saat terakhirnya.

“Sampai saat itu, sejak ayah Gonzales dalam keadaan sehat, bugar dan sehat hingga ia jatuh sakit, hingga ia terkena serangan jantung dan koma lalu meninggal, ia tidak pernah kembali ke Uruguay. Sungguh besar pengorbanannya. suami saya menjadi WNI,” kata Eva.

Meski Gonzales tidak bisa mendampingi ayahnya, ia tetap berusaha memenuhi perannya sebagai pemain sepak bola profesional di Indonesia.

Gonzales memang tidak mudah menunjukkan emosinya, namun kepergian orang tuanya menimbulkan luka yang mendalam.

Pengorbanan ini menjadi bukti kecintaan dan keseriusan Gonzales untuk menjadi bagian dari Indonesia.

Gonzales memahami proses naturalisasi pemain sepak bola saat ini tidak sesulit dulu.

Menurutnya, pemain naturalisasi saat ini tidak memerlukan syarat ketat seperti yang dialaminya.

“Dulu saya harus mengikuti aturan di Indonesia. Saya bermain di Indonesia, saya harus mengikuti aturan saat itu dan saya tidak bisa kembali ke negara saya selama 5 tahun untuk menjadi pemain naturalisasi,” ujarnya.

Gonzales menegaskan, dirinya tak hanya menahan keinginan tersebut, namun juga menghadapi kenyataan pahit ketika orang-orang terdekatnya meninggal dunia.

Ia juga mengatakan meski tiga kali berturut-turut kehilangan anggota keluarganya, ia tidak diizinkan kembali ke Uruguay.

“Tiga kali berturut-turut ada anggota keluarga yang meninggal, jangan keluar Indonesia,” ujarnya.

Baginya, keputusan menetap di Indonesia selama lima tahun penuh merupakan bentuk kesetiaan yang ia dedikasikan terhadap negara yang kini ia sebut sebagai rumah. (adc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top