Jakarta, disinfecting2u.com – Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan penguasa Indonesia untuk selalu mengingat surat Ali Imran ayat 26. Ayat tersebut disinggung Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam video ceramahnya saat memberikan nasehat kepada calon presiden Pilpres 2024. Berikut ceramah selengkapnya.
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْك تَشَاۤءُ وَتَنْزِع مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ َشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ . Tuhan memberkati
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad): “Ya Allah Yang Maha Esa, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki dan Engkau ambil kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau merendahkan siapa pun yang Engkau kehendaki. Semuanya ada di tanganmu.” Engkaulah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Ali Imran : 26).
Ustaz Adi Hidayat (UAH) berharap semua pihak selalu mengingat surat Ali Imran ayat 26.
“Diviralkan bahwa segala bentuk kekuasaan jabatan (kepemimpinan) adalah hak prerogratif Allah subhanahu wa taala,” pesan Ustaz Adi Hidayat (UAH).
“Allah akan memberikannya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, atau Dia akan berhenti mengambilnya dari siapa pun yang Dia kehendaki untuk diberikan kepada orang lain,” lanjut UAH.
Ustaz Adi Hidayat (UAH) kemudian meminta maaf jika ada yang tersinggung dengan nasehatnya.
“Mohon maaf, masih banyak kesalahan yang tentunya tidak kami maksudkan selain ingin berkontribusi untuk kebaikan sebesar-besarnya,” jelasnya.
“Mudah-mudahan juga diangkat presiden dan wakil presiden baru untuk negeri ini.” “Semoga semuanya berjalan baik,” lanjut Ustaz Adi Hidayat (UAH).
Dalam Al-Qur’an Kementerian Agama Surat Ali Imran ayat 26 dijelaskan tentang ketidakmampuan seseorang untuk lepas dari keniscayaan hari akhir sebagai hari pembalasan, hari terungkapnya rahasia-rahasia, hari terungkapnya segala kebohongan, berikut ini ayat tentang kemahakuasaan Allah di dunia.
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad: “Ya Tuhan Yang Mahakuasa, Engkau memberikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau mengambil kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki.”
Anda meninggikan siapa pun yang Anda inginkan dan merendahkan siapa pun yang Anda inginkan. Semua kebajikan ada di tangan Anda. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tidak ada seorangpun yang mampu meninggikan derajat orang lain dan mengagungkannya kecuali dengan izinnya, dan tidak ada seorangpun yang mampu melemahkan kekuasaan orang lain dan mempermalukannya kecuali dengan izinnya.
Sedangkan surat Ali Imran ayat 26 jika dimaknai lebih dalam menjelaskan tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa Allah Yang Maha Suci, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana dengan kesempurnaan perbuatan-Nya dalam mengatur, mengatur, dan menyelesaikan segala sesuatu. memiliki urusan dan kasus yang menjamin keseimbangan hukum di bidang ini.
Maka Allah memberikan urusan pemerintahan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Ada kalanya Allah menganugerahkan kekuasaan tersebut bersamaan dengan pangkat nabi seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya Dia hanya melimpahkan kekuasaan untuk memerintah menurut hukum sosial, yaitu melalui pemerintahan atas suku dan bangsa.
Allah juga merampas kekuasaan dari orang-orang yang dikehendaki-Nya karena mereka menyimpang dari jalan yang lurus, jalan yang dapat menopang kekuasaan, karena mereka mengabaikan keadilan dan berbuat curang dalam pemerintahan.
Hal ini juga terjadi pada anak-anak Israel dan bangsa-bangsa lain karena ketidakbenaran dan kerusakan jiwa mereka.
Allah juga memberi kekuatan kepada siapapun yang Dia kehendaki dan merendahkan hati siapapun yang Dia kehendaki.
Orang yang diberi kekuasaan adalah orang yang didengar perkataannya, yang mempunyai banyak penolong, yang mempengaruhi jiwa manusia dengan kewibawaan dan ilmunya, yang mempunyai sumber daya yang luas bagi kehidupannya dan yang berbuat baik kepada semua orang.
Adapun orang yang terhina adalah orang yang rendah akhlaknya, lemah rohaninya, tidak mampu mempertahankan kehormatannya, tidak mampu mengusir musuh yang menyerang, dan tidak mampu mempersatukan pengikutnya.
Namun, tidak ada kehormatan yang bisa dicapai tanpa bersama-sama membela kebenaran dan melawan ketidakadilan.
Ketika masyarakat bersatu dan bertindak sesuai sunatullah berarti telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi segala kemungkinan.
Besar atau kecilnya jumlah suatu bangsa bukanlah jaminan bahwa mereka dapat memperoleh kekuasaan dan mengumpulkan kekuatan.
Kaum musyrik di Mekkah, kaum Yahudi, dan kaum munafik Arab tertipu dengan banyaknya pengikut dibandingkan dengan Rasulullah, padahal hal itu tidak membawa manfaat sedikit pun bagi mereka.
Sebagaimana firman Allah:
Tuhan memberkatimu يَعْلَمُوْنَ ࣖ ٨
Mereka berkata: “Jika kita benar-benar kembali ke Madinah (setelah kembali dari perang Bani Mustalik), orang-orang yang kuat pasti akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.”
Meskipun kekuasaan ini hanya milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman, namun orang-orang munafik tidak mengetahuinya. (al-Munafiqun/63:8)
Fakta sejarah membuktikan bahwa jumlah yang besar saja bukan merupakan indikasi kekuatan.
Lihatlah negara-negara Timur, mereka berjumlah besar namun dapat didominasi oleh negara-negara Barat yang jumlahnya lebih kecil karena ketidaktahuan dan permusuhan atau perpecahan yang besar di antara mereka.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa segala keutamaan ada di tangannya, baik kenabian, kekuasaan, maupun kekayaan.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sendiri yang memberikannya sesuai dengan kehendaknya.
Tidak ada yang mempunyai keutamaan selain Allah.
Hanya kebajikan yang disebutkan dalam ayat ini. Sebenarnya segala sesuatu yang buruk dan jahat juga berada di bawah kekuasaan Tuhan.
Hal ini dapat dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat ini keutamaan disebutkan hanya karena sesuai dengan keadaan.
Keadaan yang mendorong orang-orang kafir untuk menentang dan meremehkan khotbah Nabi Muhammad SAW adalah kemiskinan beliau, lemahnya pengikut beliau dan jumlah mereka yang sedikit.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi untuk berlindung kepada Dzat yang memiliki segala kerajaan.
Di tangannya terletak segala kekuasaan dan kemuliaan. Allah mengingatkan Rasulullah bahwa segala sesuatu yang baik dan baik ada di tangan-Nya.
Oleh karena itu, tidak ada yang dapat menghalangi Dia untuk memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi-Nya atau kepada orang-orang beriman yang Dia kehendaki, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
Dan
Dan Kami akan memberikan kasih sayang kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) dan menjadikan mereka pemimpin dan ahli waris (bumi). (al-Qaṣaṣ/28:5)
Demikian tafsir surat Ali Imran ayat 26 seperti dilansir disinfecting2u.com dari Kementerian Agama (Kemenag).
Semoga artikel ini bermanfaat dan para pembaca dapat bertanya langsung kepada para ulama, ustaz atau ahli agama Islam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Wallahu’alam
(duduk)