disinfecting2u.com – Paslon nomor urut 4, Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan berpotensi menang telak pada Pilgub Jabar 27 November mendatang. Pilihan pasangan calon yang didukung partai politik terbanyak lebih tinggi dibandingkan tiga pasangan calon lainnya sebesar 74,6%.
Hasil survei terbaru Jaringan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Deni JA diumumkan oleh Toto Izul Fatah, Direktur Eksekutif LSI Deni JA Communication Image, dalam jumpa pers di Bandung, Jumat (8/11/2024). ) Survei dilakukan pada tanggal 31 Oktober – 4 November 2024. Dengan menggunakan metodologi standar, multi-stage random sampling dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap 800 responden, dengan margin of error plus minus 3,5%.
Menurut Toto, keunggulan Dedi-Erwan sebenarnya tidak mengherankan. Pasalnya, data yang sama muncul saat melakukan survei pilkada dan pilkada di beberapa daerah di Jabar, yang memuat pertanyaan seputar pasangan calon Gubernur Jabar. Hasilnya, nilai daddy selalu berada jauh di atas rata-rata 70%.
Bahkan, kata Toto, yang sudah mencapai 80% di Purkarta dan 90% di Subang. Angka di bawah 70% hanya terjadi di Kota Bekasi (62%) dan Kabupaten Siam (67%). Namun dibandingkan tiga paslon lainnya, Dedi-Erwan masih lebih baik.
“Dari LSI Denny JA, kami mendatangi beberapa daerah di Jabar selama bulan September-Oktober untuk melakukan pemungutan suara daerah dan jajak pendapat daerah. Hasilnya kurang lebih masih sama, selalu di atas 70%, kecuali di kota Bekasi dan Siam,” Dia berkata.
Sementara itu, Toto maju dengan menambah tiga paslon lainnya Ahmad Saikhu – Ilham Akbar Habibi (12,0%), Asep Adang Ruhiyat – Gitalis Dwi Natarina (6,5%), JJ Wiradinata – Ronal Suraprajah (5,3%), dan beberapa lainnya. 15. Tidak dapat menjangkau. Persentasenya adalah swing voter (1,6%).
Dari data yang disampaikan Toto, keunggulan pasangan calon yang didukung banyak partai politik adalah calon gubernur Dedi Mulyadi sudah mempunyai tingkat pengakuan yang tinggi, yakni 92,1% dan tingkat mendukung. 88,6% Angka ini menunjukkan bahwa popularitas nenek berbanding lurus dengan kesukaannya.
Menurut Toto, tingginya tingkat pengakuan dan kesukaan secara logis dikonfirmasi oleh dukungan yang setara di semua sektor demografi seperti gender, kasta, agama, usia, pendidikan dan tingkat pendapatan, profesi, pemilih partai politik, organisasi massa, dll. Termasuk berkinerja baik di seluruh daerah pemilihan di Jabar.
Menariknya, kata Toto, mayoritas pemilih dari partai calon gubernur berbeda, seperti PKS, PDIP, dan PKB justru memilih Dedi-Erwan. Artinya, 47,9% pemilih PKS, 71,8% pemilih PDIP, dan 62,1% pemilih PKB memilih Dedi-Erwan.
Diakui Toto, seluruh kandidat masih punya waktu sekitar 20 hari lagi untuk memaksimalkan tujuan ideal pemilunya. Namun, dari pengalaman melakukan ratusan survei selama ini, tidak mudah menggaet kandidat dalam waktu kurang dari sebulan.
Ia mengatakan, “Biasanya hanya tsunami politik dan politik uang yang bisa mengubah peta pemilu dalam waktu singkat. Masalahnya sampai saat ini kita belum melihat tsunami politik datang. Termasuk juga politik uang.”
Menurut Toto, hal itu tidak mudah, meski ada calon yang mencoba melakukan tindakan di luar kebiasaan seperti politik uang. Pertama, memerlukan biaya besar, mungkin ratusan miliar. Kedua, risiko diskualifikasi dari KPU sangat tinggi karena masuk dalam kategori pelanggaran TSM (struktural, sistematik, dan berskala besar).
“Mungkin kalau ada calon yang mau melakukan politik uang, harusnya elektabilitasnya tidak terpaut jauh, misalkan marginnya 5-7%. Tapi kalau lebih dari 20%, apalagi 30%, biasanya Anda berpikir ulang. “Selain membutuhkan kantong uang, itu tidak efisien,” tegasnya.
Selain itu, Toto juga menyampaikan kabar gembira, berdasarkan data terkini, sekitar 31,2 persen pemilih masuk dalam kategori soft supporter. Ini adalah kombinasi dari yang dipilih tetapi dapat diubah dan yang tidak dipilih. Para pemilih dalam kategori-kategori seperti ini sering kali merupakan wilayah tak bertuan di mana siapa pun masih bisa bertarung.
Namun, Toto menegaskan, calon di luar ketiga paslon di atas, Dedi-Erwan, sudah memiliki pendukung yang luar biasa kuat, yakni 55,4%. Ini adalah uluran tangan yang langka dan ampuh. Berbekal data tersebut, meski terlibat politik uang, Dedi-Erwan pun tak kalah. Uang boleh saja diambil, tapi seleksi tetap jatuh ke tangan Dedi-Ervan.